Ayo gabung sekarang dapatkan bonus hanya Di Agen www.Linebet88.com
Rusia diperintahkan untuk menutup konsulatnya di San Francisco dan dua kantor misi perdagangan karena tindakan Rusia yang dianggap tidak beralasan.
Konsulat itu serta kantor misi perdagangan di New York dan Washington harus sudah ditutup Sabtu (02/09) akhir pekan ini.
Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat tersebut merupakan tanggapan atas pengurangan staf diplomatik AS di Rusia.
Akhir Juli, Presiden Vladimir Putin memerintahkan pengusiran 755 staf diplomatik AS setelah Washington menerapkan serangkaian sanksi terhadap Moskow.
Sanksi tersebut dijatuhkan terkait dengan invasi Rusia di Crimea, Ukraina, dan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS, yang antara lain terwujud dalam pengusiran 35 diplomat Rusia.
Presiden Barack Obama yang memerintahkan pengusiran tersebut dan juga penutupan dua kantor misi Rusia, Desember lalu.
Ayo gabung sekarang dapatkan bonus hanya Di Agen www.Linebet88.com
Putin tidak menanggapi langsung pengusiran oleh Obama tersebut namun setelah Presiden Donald Trump berkuasa, dia mengumumkan pada 31 Juli pengusiran 755 staf diplomatik AS sebagai balasan atas sanksi AS.
Para diplomat yang diusir harus meninggalkan Rusia pada Jumat (01/09), sehari sebelum penutupan konsulat dan kantor misi perdagangan Rusia.
Seorang pejabat pemerintah AS mengatakan konsulat dan kediaman yang melekat serta dua kantor harus tutup namun tidak ada staf Rusia yang diminta untuk meninggalkan AS.Rusia juga boleh tetap memiliki propertinya namun tidak menggunakannya.
Ayo gabung sekarang dapatkan bonus hanya Di Agen www.Linebet88.com
Departemen Luar Negeri AS mengatakan tindakan itu 'dalam semangat keseimbangan' dan menuding Moskow atas semakin memburuknya hubungan bilateral namun sekaligus memberi pertanda ingin mengakhirinya.
"Sementara ada ketidakseimbangan yang berlanjut dalam jumlah diplomat dan konsulat, kami memilih untuk mengizinkan pemerintah Rusia mempertahankan sejumlah kantor tambahan sebagai upaya untuk menahan memburuknya spiral dalam hubungan kami," seperti tertulis dalam pernyataan Departemen Luar Negeri AS, Kamis (31/08).